Tuesday 29 November 2011

Senyum



Abu Yazid Al Busthami, pelopor sufi, pada suatu hari pernah didatangi
seorang lelaki yang wajahnya kusam dan keningnya selalu berkerut. Dengan
murung lelaki itu mengadu, "Tuan Guru, sepanjang hidup saya, rasanya tak
pernah lepas saya beribadah kepada Allah. Orang lain sudah lelap, saya
masih bermunajat. Istri saya belum bangun, saya sudah mengaji. Saya juga
bukan pemalas yang enggan mencari rezeki. Tetapi mengapa saya selalu malang dan kehidupan saya penuh kesulitan?"



Sang Guru menjawab sederhana, "Perbaiki penampilanmu dan ubahlah roman
mukamu. Kau tahu, Rasulullah adalah penduduk dunia yang miskin namun
wajahnya tak pernah keruh dan selalu ceria. Sebab menurut Rasulullah,salah
satu tanda penghuni neraka ialah muka masam yang membuat orang curiga
kepadanya."

Lelaki itu tertunduk. Ia pun berjanji akan memperbaiki penampilannya.
Wajahnya senantiasa berseri. Setiap kesedihan diterima dengan sabar, tanpa
mengeluh. Alhamdullilah sesudah itu ia tak pernah datang lagi untuk
berkeluh kesah.

Memang Tuhan telah menakdirkan manusia sebagai makhluk yang paling indah.
Bentuknya begitu sempurna, sehingga dipandang dari sudut manapun manusia
kelihatan cantik dan serasi. Untuk itu hendaknya kurnia ini jangan dinodai
dengan penampilan yang buruk, karena sebagaimana kata Rasulullah,
"Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan."

Namun demikian tidak berarti Islam mengajarkan kemewahan. Islam justeru
menganjurkan kesederhanaan. Baik dalam berpakaian, merias tubuh maupun
dalam sikap hidup sehari-hari. Nabi sendiri jubahnya seringkali sudah
luntur warnanya tapi senantiasa bersih.

Umar bin Khattab walaupun jawatannya kalifah, pakaiannya sangat sederhana
dan bertambal-tambal. Tetapi keserasian selalu dijaga. Sikapnya ramah,
wajahnya senantiasa mengulum senyum bersahabat.Roman mukanya berseri. Tak
heran jika Imam Hasan Al Basri berpendapat, awal keberhasilan suatu
pekerjaan adalah roman muka yang ramah dan penuh senyum. Bahkan Rasulullah
menegaskan, senyum adalah sedekah paling murah tetapi paling besar
pahalanya.

Demikian pula seorang suami atau seorang isteri. Alangkah celakanya
rumahtangga jika suami istri selalu berwajah tegang. Sebab tak ada
persoalan yang diselesaikan dengan mudah melalui kekeruhan dan ketegangan.
Dalam hati yang tenang, fikiran yang dingin dan wajah cerah, Insya Allah,
apapun persoalannya niscaya dapat diatasi. Inilah yang dinamakan keluarga
sakinah, yang didalamnya penuh dengan cinta dan kasih

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.