Thursday, 31 October 2013
Perihal umat islam kita masa kini
Renungkan
Seorang guru wanita sedang bersemangat mengajarkan sesuatu kepada
murid-muridnya. Ia duduk menghadap murid-muridnya. Di tangan kirinya
ada kapur, di tangan kanannya ada pemadam. Guru itu berkata, "Saya ada
satu permainan... Caranya begini, ditangan kiri saya ada kapur, di tangan
kanan ada pemadam. Jika saya angkat kapur ini, maka berserulah "Kapur!",
jika saya angkat pemadam ini, maka katalah "Pemadam!"
Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti. Guru berganti-gantian
mengangkat antara kanan dan kiri tangannya, semakin lama semakin
cepat.Beberapa saat kemudian guru kembali berkata, "Baik sekarang
perhatikan. Jika saya angkat kapur, maka sebutlah "Pemadam!", jika
saya angkat pemadam, maka katakanlah "Kapur!". Dan diulangkan seperti
tadi, tentu saja murid-murid tadi keliru dan kekok, dan sangat sukar untuk
mengubahnya. Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan tidak lagi kekok.
Selang beberapa saat, permainan berhenti. Sang guru tersenyum kepada
murid-muridnya. "Murid-murid, begitulah kita umat Islam. Mulanya yang
haq itu haq, yang bathil itu bathil. Kita begitu jelas membezakannya.
Namun kemudian, musuh musuh kita memaksakan kepada kita dengan perbagai
cara, untuk menukarkan sesuatu, dari yang haq menjadi bathil, dan
sebaliknya. Pertama-tama mungkin akan sukar bagi kita menerima hal
tersebut, tapi kerana terus disosialisasikan dengan cara-cara menarik
oleh mereka, akhirnya lambat laun kamu akan terbiasa dengan hal itu. Dan
anda mulai dapat mengikutinya. Musuh-musuh kamu tidak pernah berhenti
membalik dan menukar nilai dan ketika.
"Keluar berduaan, berkasih-kasihan tidak lagi sesuatu yang pelik, Zina
tidak lagi jadi persoalan, pakaian seksi menjadi hal yang lumrah, tanpa
rasa malu, sex sebelum nikah menjadi suatu kebiasaan dan trend, hiburan
yang asyik dan panjang sehingga melupakan yang wajib adalah
biasa,materialistik kini menjadi suatu gaya hidup dan lain lain."
"Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disedari, anda sedikit demi sedikit
menerimanya tanpa rasa ia satu kesalahan dan kemaksiatan. Paham?" tanya
Guru kepada murid-muridnya. "Paham cikgu..."
"Baik permainan kedua..." begitu Guru melanjutkan. "Cikgu ada
Qur'an,cikgu akan letakkannya di tengah karpet. Sekarang anda berdiri
diluar karpet. Permainannya adalah, bagaimana caranya mengambil Qur'an
yang ada ditengah tanpa memijak karpet?" Murid-muridnya berpikir . Ada
yang mencuba alternatif dengan tongkat,dan lain-lain. Akhirnya Guru
memberikan jalan keluar, digulungnya karpet, dan ia ambil Qur'an. Ia
memenuhi syarat, tidak memijak karpet."Murid-murid, begitulah ummat
Islam dan musuh-musuhnya...Musuh-musuh Islam tidak akan memijak-mijak
anda dengan terang-terang...Kerana tentu anda akan menolaknya mentah
mentah. Orang biasapun tak akan rela kalau Islam dihina dihadapan
mereka. Tapi mereka akan menggulung anda perlahan-lahan dari pinggir,
sehingga anda tidak sadar.
"Jika seseorang ingin membuat rumah yang kuat, maka dibina tapak yang
kuat. Begitulah Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat.
Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau dimulai dgn
tapaknya dulu, tentu saja hiasan-hiasan dinding akan dikeluarkan dulu.
kerusi dipindahkan dulu, Almari dibuang dulu satu persatu, baru rumah
dihancurkan..."
"Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kita. Ia tidak akan
menghentam terang-terangan, tapi ia akan perlahan-lahan meletihkan anda.
Mulai
dari perangai anda, cara hidup, pakaian dan lain-lain, sehingga meskipun
anda muslim, tapi anda telah meninggalkan ajaran Islam dan mengikuti cara
yang mereka... Dan itulah yang mereka inginkan." "Ini semua adalah
fenomena Ghazwul Fikri (Perang Pemikiran). Dan inilah yang dijalankan
oleh musuh musuh kita... "
"Kenapa mereka tidak berani terang-terang memijak-mijak cikgu?" tanya
murid- murid.
"Sesungguhnya dahulu mereka terang-terang menyerang, misalnya Perang
Salib, Perang Tartar, dan lain-lain. Tapi sekarang tidak lagi."
"Begitulah Islam... Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan
sedar, akhirnya hancur. Tapi kalau diserang serentak terang-terangan,
mereka akan bangkit serentak, baru mereka akan sadar".
"Kalau begitu, kita selesaikan pelajaran kita kali ini, dan mari kita
berdoa dahulu sebelum pulang..." Matahari bersinar terik takala
anak-anak itu keluar meninggalkan tempat belajar mereka dengan pikiran
masing-masing di kepalanya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.